Rabu, 02 Agustus 2017

Tari tradisional Sulawesi Tenggara

1.Tari Balumpa


Tari Balumpa Tarian tradisional dari Daerah Kabupaten Wakatoba yaitu daerah Binongko dan Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Tarian Balumpa adalah tarian tradisional yang mencerminkan kegembiraan masyarakat nelayan wakatobi Binongko dan Buton dalam menghadapi ombak demi menafkahi keluarga. Tari Balumba biasanya dipertunjukan untuk menyambut kedatangan tamu kehormatan dari luar daerah.

Tari Balumpa dari Sulawesi Tenggara ini biasanya dimainkan oleh 6-8 orang penari, yang dilakukan secara berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Akan tetapi bisa juga dilakukan oleh pasangan penari perempuan semua.

Para penari Balumpa menggunakan pakaian adat Wakatobi dengan iringan musik yang mempergunakan alat musik tradisional gambus dan gendang, tidak tertinggal suara  dendang biduan Balumpa. 



2. Tari tradisional Sulawesi Tenggara - Tari Lulo

Tari Lulo adalah tari tradisional yang berasal dari Tokotua, Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. Tari Lulo ini dilaksanakan dalam rangka ritual adat Tokotua atas rasa syukur dan terimakasih kepada Yang Maha Pencipta karena limpahan rezki panen beras yang melimpah.

Tari tradisional Lulo ini telah ada sejak zaman pemerintahan kerjaan kesultanan Buton, dimana beras sebagai hasil pertanian Tokotua untuk memperkuat pilar perekonomian Kesultanan Buton. Dan ungkapan syukur atas panen beras yang melimpah dituangkan dalam ritual adat Lulo.

Para penari Lulo terdiri dari 12 orang yang dibagi dalam 2 kelompok. Delapan penari putra memegang alu (Penumbuk Padi) yang menggambarkan pria yang menumbuk padi dan empat orang penari perempuan memegang nyiru sebagai alat penapis gabah, ditambah sapu tangan yang menggambarkan proses penapisan gabah.

Pakaian yang digunakan dalam tari tersebut merupakan ciri khas Kabaena dengan pakaian berwarna dasar hitam ditambah warna kekuning-kuningan dan kemerah-kemerahan.

Tari Lulo diiringi oleh musik tradisional Sulawesi Tenggara menggunakan alat musik tradisi seperti kendang. Saat ini Tari Lulo telah banyak mengalami perubahan dan kreasi sebagai seni pertunjukan modern.

Tari Lulo ditampilkan dalam rangka upacara adat penyambutan suku Tokotua terhadap tamu-tamu penting yang berkunjung didaerah tersebut. Selain itu Tari Lulo juga banyak dipergunakan sebagai ajang lomba dan kreatifitas masyarakat Sulawesi Tenggara.





3. Tari tradisional Sulawesi Tenggara - Tari Galangi

Tari Galangi adalah tarian tradisional yang berasal dari Kepulauan Buton Raya Provinsi Sulawesi Tenggara. 

Tari Galangi merupakan Tari Perang dalam Kerajaan/ Kesultanan Buton.Tari Galangi adalah ungkapan dan spontanitas gerakan dalam bentuk tari yang mewujudkan bagaimana penggunaan gala dalam menghadapi musuh. Di waktu damai tari ini merupakan kelengkapan kebesaran, keagungan serta kemulian Sultan. Tari ini dimainkan untuk mengiringi Sultan pada saat keluar istana dalam suatu tugas atau menyambut dan mengantar tamu Kesultanan.

Tarian Galangi ini terdiri dari sebelas kelompok, tiap kelompok terdiri dari tujuh orang. Pada zaman dahulu kelompok tersebut bertugas untuk mempertahankan Kerajaan/ Kesultanan bila ada serangan dari luar. Bila dalam keadaan aman, masing-masing kelompok mempunyai tugas yang berbeda-beda.

Busana yang dipergunakan oleh para penari Galangi adalah Pakaian Sala Kaitela (Celana Puntung). adapun perlengkapan yang mereka bawa antara lain Gala (Tombak), Tombi Male’i (Bendera Merah), Tombi Makuni (Bendera Kuning) dan Tamburu (Genderang).



Rujukan : https://jrt35.wordpress.com

4. Tari tradisional Sulawesi Tenggara - Tari Mangaru

Tari Mangaru adalah tari tradisional yang berasal dari Desa Konde Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara. Tari Mangaru menggambarkan keberanian laki-laki pada zaman dahulu dalam medan peperangan, yaitu bercerita tentang dua orang laki-laki yang sedang dalam medan peperangan. Para penari memperagakan gerakan-gerakan yang memperlihatkan bagaimana kedua laki-laki yang saling beradu kekuatan dengan menggunakan sebilah keris yang dipegang.

Tari Mangaru diiringi oleh alat musik tradisional Sulawesi Tenggara yaitu kansi-kansi, Mbololo (gong) dan dua buah gendang yang terbuat dari kulit binatang. Musik yang mengiringi tarian ini bertempo cepat sesuai dengan semangat para penarinya. Alat musik tradisional ini dimainkan empat orang yang memang mahir dalam memainkannya. Irama musik pengiring tari ini berbeda dengan musik pengiring tari yang lain walaupaun alat yang digunakan sama.  

Tari Mangaru biasanya dipertunjukan dalam berbagai upacara dan acara-acara yang melibatkan banyak orang. Bagi masyarakat Desa konde menyelenggarakan pesta panen setelah menuai padi menjadi suatu budaya yang berkesinambungan dan pada acara khitanan. Tarian ini menjadi ajang berkumpul semua orang kampung. Namun sayang, tarian ini sudah jarang bahkan sudah tidak pernah dipentaskan lagi. Saat ini tari Mangaru dipertunjukan pada saat penyambutan tamu.

Tari Mangaru pada saat ini banyak mengalami perubahan dan kreasi, namun tetap mempertahankan gerakan dasar perang sebagai ajang hiburan dan penyemangat.


Rujukan : http://sahirudinkambowa.blogspot.com, http://greatbuton.blogspot.com




5. Tari tradisional Sulawesi Tenggara - Tari Lumense

Tari Lumense berasal dari Kecamatan Kabaena atau Tokotu'a Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara. Kata Lumense sendiri memiliki arti Terbang Tinggi yaitu berasal dari bahasa daerah yaitu kata Lume (terbang) dan Mense (Tinggi).

Pada zaman dahulu tari lumense dilakukan dalam ritual pe-olia, yaitu ritual penyembahan kepada roh halus yang disebut kowonuano (penguasa/pemilik negeri) dengan menyajikan aneka jenis makanan. Ritual ini dilakukan agar kowonuano berkenan mengusir segala macam bencana. Penutup dari ritual tersebut adalah penebasan pohon pisang. Tarian ini juga sering ditampilkan pada masa kekuasaan Kesultanan Buton.

Seiring dengan perkembangan, fungsi tari Lumense pun mulai bergeser. Ada pendapat yang mengatakan bahwa tari Lumense bercerita tentang kondisi sosial masyarakat Kabaena saat ini. Corak produksi masyarakat Kabaena adalah bercocok tanam atau bertani, masyarakat masih melakukan pola tradisional yaitu membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Sementara parang yang dibawa oleh para pria menggambarkan para pria yang berprofesi sebagai petani. Simbol pohon pisang dalam tarian ini bermakna bencana yang bisa dicegah. Oleh karena itu klimaks dari tarian ini adalah menebang pohon pisang. Artinya, setelah pohon pisang tumbang bencana bisa dicegah.

Para penari menggunakan busana adat Tokotu'a atau Kabaena. Untuk para penari yang berperan sebagai perempuan memakai rok berwarna merah maron dan atasan baju hitam. Baju ini disebut dengan taincombo dengan bagian bawah baju mirip ikan duyung. Untuk penari yang berperan sebagai laki-laki memakai taincombo yang dipadukan dengan selendang merah. Kelompok laki-laki memakai korobi (sarung parang dari kayu) yang disandang di pinggang sebelah kiri.

Tarian ini diawali dengan gerakan maju mundur, bertukar tempat kemudian membentuk konfigurasi huruf Z lalu berubah menjadi S, gerakan yang ditampilkan merupakan gerakan yang dinamis yang disebut moomani atau ibing. Klimaks dari tarian ini adalah ketika para penanari terus melakukan moomani kemudian menebaskan parang kepada pohon pisang, sampai pohon pisang itu jatuh bersamaan ke tanah. Penutup dari tarian ini adalah para penari membentuk konfigurasi setengah lingkaran sambil saling mengaitkan tangan lalu menggerakannya naik turun sambil mengimbangi kaki yang maju mundur. Tarian ini diiringi oleh musik yang berasal dari alat music gendang dan gong besar (tawa-tawa) dan gong kecil (ndengu-ndengu). Untuk mengiringi tarian ini hanya dibutuhkan tiga orang penabuh alat music tersebut sementara dalam memainkan tarian ini dibutuhkan beberapa anakan pohon pisang sebagai property pendukung.

Sumber : id.wikipedia.org



Tari Tradisional Sulawesi Barat

1.Tari Patuddu


Tari Patuddu adalah salah satu tari daerah atau tari tradisional dari Provinsi Sulawesi Barat.Tari Patuddu merupakan tarian yang cukup populer di Sulawesi Barat dan sering ditampilkan pada berbagai acara seperti penyambutan tamu, pertunjukan seni maupun festival budaya. Tari Patuddu ditarikan dengan lemah gemulai oleh beberapa orang wanita dengan membawa properti kipas.


Tari Patuddu dulunya ditampilkan untuk menyambut para prajurit yang pulang dari medan perang. Menurut sejarahnya, pada zaman dahulu di daerah Sulawesi Barat pernah terjadi peperangan antara Kerajaan Balanipa dan Passokorang. Sepulangnya dari perang, Kerajaan Balanipa mempunyai caranya tersendiri untuk menyambut para pasukan yang pulang dari medan perang tersebut, salah satunya dengan menampilkan Tari Patuddu ini. Selain sebagai wujud penghormatan untuk para pahlawan, tarian ini digunakan untuk hiburan bagi para pasukan. Seiring dengan berakhirnya peperangan, Tari Patuddu ini kemudian lebih difungsikan sebagai tarian penyambutan Raja maupun para tamu penting yang datang ke sana. Hal tersebut berlanjut dan menjadi tradisi masyarakat Mandar hingga sekarang.

Dalam pertunjukan Tari Patuddu biasanya diiringi dengan iringan musik tradisional seperti Genderang dan Gong. irama yang dimainkan biasanya berubah-ubah, kadang cepat, kadang juga bertempo lambat. Tempo irama yang dimainkan ini tentunya disesuaikan dengan gerakan para penari sehingga terlihat selaras. Selain bunyi Genderang dan Gong, di beberapa pertunjukan ada pula yang menambahkan alat musik sejenis Kecapi dan Suling sebagai variasi agar terlihat lebih menarik.

Kostum yang digunakan para penari dalam pertunjukan Tari Patuddu ini biasanya merupakan busana khas Mandar, yaitu kombinasi antara Baju Bodo dan pakaian Toraja. Pada bagian lengan atas biasanya lebih ketat. Sedangkan pada bagian bawah biasanya menggunakan sarung tenun khas Mandar. Untuk bagian rambut penari biasanya digelung dan di beri hiasan seperti bunga, maupun menggunakan tusuk berwarna emas. Kemudian untuk aksesoris, penari menggunakan gelang, anting dan kalung khas Mandar. Dan tidak lupa penari membawa kipas yang digunakan sebagai alat menarinya.


2. Tari Tradisional Sulawesi Barat - Tari Toerang Batu

Tari Toerang Batu adalah tarian tradisional asli dari Sulawesi Barat. Tari Toerang batu ini dahulu dibawakan oleh masyarakat (yang kini masuk ke wilayah Sulawesi Barat ) sebagai pengantar para prajurit Kerajaan Binuang ketika akan berangkat ke medan perang. Sehingga tari Toerang Batu ini disebut juga dengan tari perang.


Dulu, pasukan berani mati Kerajaan Binuang pada abad ke-15 selalu sukses dalam setiap pertempuran. Biasanya menjelang digelar tarian Toerang, ada upacara persembahan sesaji berupa telur ayam dan nasi ketan empat warna.

Hasan Dalle, salah satu penerus tari Toerang batu yang masih hidup sampai hari ini menyatakan setiap gerakan tarian Toerang punya makna simbol tersendiri. Peralatan perang seperti pedang, tombak dan keris pusaka menjadi simbol kejantanan pasukan kerajaan Binuang dalam menaklukkan setiap peperangan. Pasukan yang telah mengikrarkan diri sebagai pasukan pantang mundur sebelum pulang membawa kemenangan. “Pasukan yang sudah berikrar pantang pulang sebelum membawa kemangan”ujar Hasan dale, penerus tari Toerang di kecamatan Binuang.
Sebelum tarian ini digelar di tengah pasukan di tengah hutan sebelum berangkat ke medan perang, didahului dengan sejumlah ritual sakral seperti persembahan sesajen berupa telur ayam dan nasi ketan empat warna. Pasukan yang akan diberangkatkan ke medan perang sebelumnya harus melalui sejumlah tahapan ujian. Setiap pasukan diuji terlebih dahulu dengan cara melompati telur yang diletakkan diatas sebongkah batu setinggi lebih dari satu meter lebih. Hanya pasukan yang lolos melompati batu dan telur yang dinyatakan ikut menjadi pasukan, sementara yang tidak lolos hanya duduk dibagian logistik pasukan..


3. Tari Tradisional Sulawesi Barat - Tari Bamba Manurung


Tari Bamba Manurung adalah tarian tradisional dari daerah Mamuju yang merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Barat. Tari Manurung ini biasanya dilakukan pada acara pesta adat di Mamuju, dihadapan para tokoh adat dan penghulu.

Para penari Bamba adalah wanita dengan mengenakan pakaian adat khas Sulawesi Barat yaitu Baju Badu, dengan aksesoris bunga beru-beru (bunga melati) menghiasi bagian kepala. Para penari Bamba membawa kipas seperti halnya tarian Patuddu.



4. Tari Tradisional Sulawesi Barat - Tari Bulu Londong

Tari Bulu Londong adalah tarian tradisional masyarakat suku mamasa di Sulawesi Barat. Tarian ini termasuk pada jenis tarian perang, dibawakan oleh sejumlah penari pria dengan mengenakan kostum prajurit dilengkapi persenjataan layaknya prajurit pada zaman kerajaan dahulu. 

Tari Bulu Londong ini diadakan sebagai nazar atau yang disebut oleh masyarakat mamasa sebagai Sanaya. Nazar karena telah sembuh dari penyakit atau menang dalam medan perang. Maka dilakukanlah upacara Rambutuka sebagai ungkapan rasa syukur atas kemenangan di medan perang atau atas kesembuhan dari penyakit. Dalam upacara adat Rambutuka tersebutlah ditampilkan tarian Bulu Lodong ini.

Para penari Bulu Lodong ini adalah sejumlah pria dimana semakin banyak yang menari maka semakin semaraklah tarian Bulu Lodong ini. Para penari bulu lodong menggunakan kostum perang khas adat mamasa, serta membawa peralatan antara lain kepala manusia, sengo, Terompet alam bambu, tombak /pedang, Untak.



5. Tari Tradisional Sulawesi Barat - Tari Ma' Bundu

Tari Ma'Bundu adalah Tarian perang tradisional kreasi baru yang dipadukan dengan  beberapa tarian Tradisional Kecamatan Kalumpang dan kecamatan Bonehau  Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.

Tari Ma’bundu diangkat dari kisah cerita perang masa lampau yang saling mengadu   ketangkasan kekebalan terhadap senjata-senjata  tajam dan yang keluar menjadi pemenang  membawa ulu tau ( Pernggalan kepala lawan ).

Jumlah personil dalam tarian Ma’bundu adalah sebanyak 10 orang dengan mengenakan busana pakaian kebesaran yaitu BEI yang dihiasi dengan ukir-ukiran yang  terbuat dari kerang kecil. Pada bagian kepala mengenakan topi dengan tanduk dan palo-palo. Sementara dibagian tangan mengenakan gelang ( potto balussu). Para penari Ma'bundu juga membawa peralatan perang yaitu tombak sebagai aksesoris tarian.

Demikian Sobat tradisi, 5 tari tradisional dari Sulawesi Barat yang bisa kami perkenalkan pada sobat semua. Sampai berjumpa pada artikel selanjutnya.

sumber:http://www.tradisikita.my.id/2016/05/5-tari-tradisional-sulawesi-barat.html

Tari Tradisional Sulawesi Tengah

1.Tari Pontanu


Tari Pontanu Sulawesi Tengah
Tari Pontanu adalah tari tradisional Sulawesi Tengah yang menggambarkan kegiatan para penenun di daerah Donggala, Sulawesi Tengah. Tarian ini biasanya ditarikan oleh para penari wanita dan gerakan dalam tarian ini menggambarkan aktivitas para wanita yang sedang menenun Sarung Donggala, yaitu jenis sarung yang khas dari daerah Donggala. Tarian ini sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu penting, festival budaya, bahkan promosi wisata

Tari Pontanu dari Sulawesi Selatan ini biasanya dimainkan oleh 4 orang penari wanita atau lebih. Dalam pertunjukan Tari Pontanu biasanya diawali dengan gerakan tari yang dikreasikan. Kemudian di tengah-tengah pertunjukan penari menari dengan gerakan seperti menenun. Pada babak akhir biasanya diakhiri dengan membentangkan sarung khas Donggala yang dibawa masing-masing penari dan dipertunjukan kepada penonton. Sarung tersebut biasanya juga dimainkan seperti dikibarkan layaknya bendera.

Dalam pertunjukan Tari Pontanu biasanya diiringi oleh alunan musik yang dimainkan dengan menggunakan alat musik tradisional Sulawesi Tengah seperti Ngongi dan Ganda. Ngongi sendiri merupakan jenis alat musik seperti Gong, sedangkan Ganda merupakan jenis alat musik seperti Gendang. Untuk irama yang dimainkan biasanya disesuaikan dengan gerakan para penari sehingga terlihat selaras.

Kostum yang digunakan para penari dalam pertunjukan Tari Pontanu biasanya merupakan busana adat. Pada busana atasan biasanya menggunakan baju longgar tanpa lengan yang disebut dengan Baju Nggembe. Sedangkan untuk bawahannya menggunakan sarung khas Donggala yang disebut dengan Buya Sabe. Untuk aksesoris penari biasanya menggunakan Dali Taroe (anting), Polosu Unte (tusuk konde), dan Ponto (gelang). Selain itu, penari juga mengenakan sarung tambahan yang dilipat-lipat dan diselipkan pada bagian pinggang. Sarung ini nantinya digunakan untuk menari di bagian akhir tarian.

2. Tari Tradisional Sulawesi Tengah - Tari Pamonte

Tari Pamonte adalah tari tradisional yang mengangkat kegiatan suku Kaili di Sulawesi Tengah saat musim panen padi. mereka memetik dan menuai padi secara bergotong-royong. Pesta panen disebut dengan adat vunja yaitu tradisi masyarakat dalam mensyukuri keberhasilan panen. Dalam tarian ini terlihat jelas proses pengolahan padi menjadi beras. Mulai dari memetik, menumbuk, menapis. Gerak tari pamonte mengikuti syair lagu yang dinyanyikan.


Dalam pertunjukannya, Tari Pamonte ditarikan oleh para penari wanita. Jumlah penari Tari Pamonte ini biasanya terdiri dari 10 orang penari dan seorang Penghulu yang disebut dengan Tadulako. Seorang Tadulako dalam tarian ini berperan sebagai pemimpin tari dan memberikan aba-aba kepada para panari lainnya. Dengan mengenakan busana yang khas layaknya para petani, penari menari dengan gerakannya yang khas mengikuti alunan musik pengiring. 

Gerakan dalam tarian ini dalam tarian ini menggambarkan aktivitas para petani saat masa panen padi, seperti menuai padi, menumbuk padi, menapis dan lain-lain. Gambaran aktivitas petani tersebut dikemas dalam suatu gerak tari yang khas dengan menggunakan caping atau toru sebagai alat yang digunakan untuk menari. 

Dalam pertunjukan Tari Pamonte biasanya diiringi oleh alat musik tradisional seperti Ngongi, Ganda dan alat musik tradisional Sulawesi Tengah lainnya. Selain itu tarian ini juga diiringi dengan nyanyian syair adat yang dinyanyikan oleh pengiring vokal. Gerakan para penari, biasanya juga mengikuti syair yang dibawakan agar terlihat lebih padu. Namun seiring perkembangan teknologi, dan dengan alasan kepraktisan, tari pamonte ada juga yang diiringi dengan musik dari kaset.

Dalam pertunjukan Tari Pamonte, penari menggunakan kostum layaknya para petani dan dipadukan dengan gaya tradisional Sulawesi Tengah. Para penari pamonte biasanya memakai baju kebaya pada bagian atas. Pada bagian bawah biasanya menggunakan kain sarung donggala. Baju kebaya dan sarung tersebut biasanya memiliki motif dan warna khas Sulawesi Tengah. Sedangkan pada bagian kepala biasanya menggunakan kerudung dan memakai caping (toru). 

Tari Pamonte Sulawesi Tengah

3. Tari Tradisional Sulawesi Tengah - Tari Dero

Tari Dero atau Madero adalah tarian yang berasal dari Suku Pamona yang berada di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.Tarian ini tergolong tarian pergaulan yang ditarikan secara masal oleh semua kalangan masyarakat, baik pria maupun wanita, baik tua maupun muda bisa melakukan tarian ini. Tari Dero ini merupakan salah satu tradisi lama masyarakat Suku Pamona yang masih dipertahankan hingga sekarang dan sering ditampilkan di berbagai acara seperti upacara adat, pesta adat, penyambutan, dan berbagai acara yang bersifat hiburan dan budaya lainnya.Bahkan dalam pertunjukan Tari Dero, biasanya para penonton pun diajak berpartisipasi untuk ikut menari bersama. Mereka berkumpul menjadi satu dan menari dengan diiringi musik pengiring serta nyanyian syair atau pantun. Karena dilakukan dalam jumlah yang banyak, biasanya Tari Dero ini dilakukan di tempat yang luas.

Dalam pertunjukan Tari Dero, pada awalnya para penari dibagi menjadi dua kelompok. Kemudian mereka menuju arena sambil menari dari arah yang berbeda dan bertemu menjadi satu barisan yang panjang. Setelah menjadi satu barisan kemudian mereka menghadap ke satu arah dan menari bersama. Setelah itu kemudian sambil menari mereka membuat formasi melingkar dan menari dengan saling berpegangan tangan.

Gerakan Tari Dero ini cukup sederhana, gerakan tarian ini didominasi dengan gerakan mengayunkan tangan ke depan dan gerakan kaki ke kiri dan ke kanan mengikuti irama. Untuk gerakan kaki ke kanan biasanya dilakukan dengan satu kali, sedangkan gerakan kaki ke kiri biasanya dilakukan dua kali. Sehingga formasi penari akan bergerak searah dengan jarum jam.Dalam pertunjukan Tari Dero biasanya diringi oleh musik tradisional seperti Nggongi dan Ganda. Selain itu, dalam pengiring Tari Dero juga tedapat pengiring vokal yang bertugas menyanyikan syair atau pantun. Untuk irama musik yang dimainkan biasanya disesuaikan dengan nyanyian syair atau pantun yang dibawakan oleh pengiring vokal tersebut.

Untuk kostum yang digunakan para penari biasanya disesuaikan dengan acara. Untuk acara yang bersifat perayaan atau hiburan biasanya penari lebih menggunakan pakaian bebas. Sedangkan untuk acara adat atau pertunjukan tari biasanya penari menggunakan pakaian adat.


4.Tari Balia


Tari Balia merupakan sejenis tarian yang berkaitan dengan kepercayaan animism, yaitu pemujaan terhadap benda keramat, khusunya yang berhubungan dengan pengobatan tradisional terhadap seseorang yang terkena pengaruh roh jahat. Pengertian Balia ialah tantang dia (Bali = tantang, ia/iya = dia), yang artinya melawan setan yang telah membawa penyakit dalam tubuh manusia. Balia dipandang sebagai prajurit kesehatan yang mampu untuk memberantas atau menyembuhkan penyakit baik itu penyakit berat maupun ringan melalui upacara tertentu. Masuk atau tidaknya makhluk-makhluk tersebut ditentukan oleh irama pukulan gimba (gendang), lalove (seruling) yang mengiringi jalannya upacara ini.

Tari Jepeng

Tari Jepeng merupakan jenis tarian yang bernafaskan Islam. Pada mulanya tari Jepeng hanya ditarikan oleh kaum dewasa secara berpasangan, pada acara pesta perkawinan, khitanan, syukuran dan sebagainya, namun seiring perkembangan jaman, tari ini mulai dikreasikan, sehingga dapat dilakukan oleh kaum wanita dan pria secara berpasangan. Tarian ini diiringi kesenian marawasi, bersama-sama dengan alat kesenian lainnya seperti gambus, dan biola (viol). 




sumber:http://www.tradisikita.my.id/2016/09/10-tari-tradisional-sulawesi-tengah.html

Tarian adat Sulawesi Utara

Kebudayaan Suku Manado

Suku Manado atau yang lbih dikenal dengan Suku Minahasa ini merupakan suku asli di Sulawesi Utara dan sebagian besar mendiami di Kota Manado. Suku ini juga menyebut dirinya sebagai orang Kawanua. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 orang Manado kebanyakan menganut Agama Kristen Protestan. Sementara itu bahasa yang sering mereka gunakan ialah bahasa Melayu Manado dengan logat yang khas. Untuk tarian adat tradisional yang di miliki manado ini sangat bermacam, sebagian besar merupakan tarian adat dan tradional yang lainnya. Seiring waktu berjalan tari-tarian tradisional dari Sulawesi Utara ini mengalami perubahan dan pengembangan yang menjadi semakin menarik untuk dilihat di mata.
Berikut beberapa 7 Tarian di Minahasa yang berhasil kami rangkum diantaranya adalah:

Tari Kabasaran

Tari Kabasaran terdiri dari tiga bagian: Cakalele, Lumoyak, dan Lalaya’an. Tarian tradisional Minahasa ini, sama seperti tarian dari Indonesia bagian timur lainnya.Pada zaman dahulu, tarian ini dilakukan sebelum berangkat perang. Tapi sekarang, tarian perang ini dipertunjukan untuk menyambut tamu-tamu lokal, domestik, atau internasional, dan juga dalam acara-acara besar di Sulawesi Utara.

Tarian Pisok 

Tarian dari Tanah Minahasa Sulawesi Utara ini menceritakan kehidupan masyarakat Minahasa yang selalu hidup rukun, bekerja secara gotong royong, energik dan lincah. Yang menarik dari Tarian Pisok ini adalah namanya. Kata Pisok sendiri didapat dan terinspirasi dari kehidupan burung pisok. Burung Pisok merrupakan burung yangsangat langka di Tanah Minahasa, sempat dijadikan filateli Indonesia lho.Wuihh… keren banget kan??

Tarian Mesalai

Masih di Sulawesi utara tarian berikutnya adalah Tari Mesalai. Tarian ini merupakan tari tradisional yang berasal dari daerah Sangihe Talaud Sulawesi Utara.
Dulu Tari Mesalai ini tradisi masyarakat Sangihe Talaud yang percaya akan kekuatan Ghenggona Langi, Dauatang Saluruang (Tuhan Yang Maha Tinggi, Penguasa Alam Semesta). Mereka menyadari bahwa segala sesuatu yang merupakan keberhasilan/keberuntungan adalah pemberian Ghenggona (Tuhan). Itulah maka masyarakat Sangihe melakukan ritual sebagai ungkapan rasa syukur kepada Ghenggona melalui bentuk ritual mesalai ini.

Tari Lenso

Ada yang udah tahu tari Lenso itu gimana atau apa? Baik kami akan jelaskan dari sumber yang kami dapat, Tarian ini berhasil terbentuk dari ciptaan baru yang menggambarkan pemuda Minahasa, yang mendapatkan masa depan atau hidup yang cerah saat memilih belahan jiwa (pasangan) mereka.

Tari Maengket

Selanjutnya kita ulas tarian yang sangat molek ini, kamipun sangat menanti bahasan untuk tarian ini karena sangat jatuh cinta padanya, yakni Tarian Maengket. Tarian ini adalah salah satu kesenian tradisional Minahasa yang sungguh berbeda dengan tarian lainnya yaitu memadukan dua kesenian menari dan menyanyi. Tarian ini biasanya ditampilkan oleh sekitar 20 sampai 30 orang

sumber:.http://angkringantop.blogspot.co.id/2017/02/7-tarian-tradisional-dari-sulawesi.html